Serba Serbi Ramadhan dan Idul Fitri

Saturday 27 June 2015
Ramadhan Kareem! Ceritanya saya teringat tentang tulisan polos saya yang ditulis untuk tugas sekolah pada masa sekolah menengah pertama. Tulisan tersebut menceritakan pengalaman saya untuk pertama kalinya berlebaran di negeri orang, tepatnya di Kuala Lumpur, Malaysia. Entah karena apa waktu itu, kami sekeluarga (seingat saya tanpa Papa) memutuskan untuk berlebaran di Kuala Lumpur tempat tante saya beserta keluarganya tinggal. Tulisan tersebut sangat lucu, karena saya dengan polosnya mengatakan saya harus diam-diam ngomong Bahasa Indonesia biar tidak disangka TKI -- entah ilham dari mana sampai saya bisa mengatakan seperti itu haha -- tetapi, walaupun begitu tulisan saya sampai dimuat di blog online sekolah, lho. Dulu saya sempat cek masih ada, tapi entah mengapa sekarang sudah tidak ditemukan, sepertinya sudah di non-aktifkan dan dibuat blog baru, padahal saya mau share juga tulisan polos itu di blog ini hihi.

Ramadhan kali ini yang bertepatan dengan short semester, saya Alhamdulillah mendapatkan sekitar 4 hari berpuasa di rumah dan juga berkesempatan mengikuti acara buka bersama dan pengajian tahunan keluarga (yang sangat saya kangenin, karena tahun tahun sebelumnya saya hanya dapat menatapi foto-fotonya saja). Setelah 4 hari, saya kembali ke negeri seberang. Short semester ini sebenarnya optional, boleh diambil boleh tidak. Pilihan subjects nya pun sangat terbatas, jurusan saya hanya offer 2 core subjects, tetapi saya memilih untuk mengambilnya karena salah satu mata kuliah wajib adalah Qur'anic Language, bahasa Arab, dan mata kuliah ini sangat mengganggu jadwal apabila diambil ketika long semester -- seringkali berbenturan dengan jadwal mata kuliah lain. Tidak apa-apa sih, toh saya juga pulang lagi nanti lebaran! :P

Enak ga sih Ramadhan di sini?


Dijawab oleh anak yang tidak bisa lepas dengan keluarganya, menurut saya tidak enak! Hahaha. Jauh dari rumah, tidak makan masakan ibunda, harus memikirkan sahur dan berbuka apa dan beli dimana. Tidak berbeda jauh dengan Indonesia, di Kuala Lumpur tempat saya sekolah ini pun banyak sekali bazaar-bazaar Ramadhan dengan variasi makanan yang banyak sekali mulai dari jajanan kecil seperti putu bambu, apam balik, otak-otak, sampai ke makanan besar seperti ayam percik, ayam golek, nasi tomato, dan sebagainya. Bazaar ini banyak terdapat di dekat dengan kampus saya, tetapi untuk ke sana sebaiknya dengan motor karena sangat macet dan parkiran terbatas.

source here

Untuk shalat tarawih, kebanyakan pelajar maupun orang dari luar datang untuk shalat di mesjid kampus. Dengan sedikit bangga, mesjid kampus saya ini imam-nya bagus bagus dan bacaan-nya sampai ke hati. Yang tidak ingin berjalan agak jauh dari asrama bisa shalat di surau-surau asrama terdekat yang mengadakan shalat tarawih. Oh ya, mesjid kampus saya juga menyediakan ifthar gratis seperti mesjid-mesjid lainnya. Saya belum mencoba sih, tapi Ramadhan kali ini insha Allah.

Sultan Haji Ahmad Shah Mosque, IIUM. Source here

Bagaimana dengan perayaan Idul Fitrinya?

Saya pernah berlebaran di kampus, tidak pulang karena nanggung setelah itu ada final exam, jadi memutuskan pulang setelah final exam selesai saja. Pagi sekitar pukul 8 atau 9 (saya tidak ingat pasti), berbondong-bondong orang mendatangi mesjid kampus. Karena universitas saya adalah international university, yang datang pun bukan hanya yang bertampang melayu tetapi juga dari Timur Tengah, Afrika sampai european sana. Mereka tak hanya datang sendirian, namun juga dengan anak-anak mereka yang sangat cakep!

Setelah shalat biasanya ada sesi makan bersama yang disediakan oleh mesjid. Biasanya makanan arab, karena populasi mereka cukup signifikan di kampus saya ini dan makanan mereka sepertinya relatif cukup aman bagi lidah-lidah negara lain (siapa yang tidak suka shawarma atau kebab?). Saya tidak tahu apakah pernah mesjid menyajikan makanan Padang (jika ada tentu saya sangat senang!) karena seperti yang kita tahu makanan kampung halaman saya ini sangatlah pedas dan tidak semua foreigner tahan dengan makanan yang pedas. Biasanya juga, dari kampus akan menyelenggarakan acara jamuan makan antara students dengan rector. Ya namanya juga anak kosan dan perantau pasti senenglah diundang makan. Tapi dipikir-pikir, sedih juga ya sang rektor harus meninggalkan keluarganya dan makan bersama mahasiswa, apalagi rektor kampus saya ini perempuan. Saya tidak mau jadi rektor sih kalo begitu :(

Lalu apa yang terjadi setelah acara makan-makan? Tidak ada pemirsa. Biasanya inisiatif dari teman-teman sendiri untuk mengadakan acara setelah itu, menyewa mobil bisa ke taman (Seriously, negara ini sangat menjaga taman-tamannya dan mengharuskan setiap satu wilayah perumahan untuk memiliki satu taman dengan mainan anak-anak dan peralatan olahraga. Saya iri.), atau sekedar jalan-jalan ke mana saja. Kalau dulu ketika pertama kali berlebaran di KL, kami diajak tante ke PWTC ke acaranya Pak Lah, panggilan dari Yang Amat Berbahagia Tun Haji Abdullah Ahmad Badawi, Prime Minister di kala itu. Antrian sangat panjang mulai dari luar gedung sampai ke dalam untuk dapat bersalaman dan dijamu makan. Saya sekeluarga bukannya yang suka heboh dengan orang, toh semua juga manusia, namun karena sekali-sekali jadi kami mencari-cari kerjaan dan experience. Saya lupa bagaimana makanannya, yang saya ingat adalah kami juga dihibur dengan penampilan grup nasyid Raihan saat itu.

Shalat Idul Fitri juga bisa dilaksanakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia, seperti keluarga tante saya lakukan setiap tahun. Di sanalah kita akan bertemu dengan berbagai macam orang Indonesia di Malaysia dengan beragam profesi mulai dari pengusaha, politician, staff KBRI, pelajar-pelajar sampai ke para TKI. Di akhir nanti kita akan diberikan nasi kotak makanan Indonesia yang enak! (Ah saya makanan melulu :p) tidak mungkin untuk level kedutaan akan memberi nasi kotak level catering ecek-ecek kan?

Begitulah serba-serbi Ramadhan dan Idul Fitri di perantauan saya. Doakan bisa merasakan Ramadhan dan Idul Fitri di tempat lain lagi, atau seperti keluarga ini walaupun Ramadhan dan Idul Fitri di negeri sendiri, dengan keluarga sendiri itu priceless dan nggak bisa digantikan dengan apa pun. Bagaimana cerita Ramadhan dan Idul Fitri Anda? :) 

No comments:

Post a Comment

Would be really happy to hear your thoughts. Do comment! ;)